AYAH BUNDA RASULULLAH DI SURGA

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذى هدانا لهذا وما كن لنـتهدي لو لا أن هدانا الله
والصلاة والسلام على سيدنا محمد رسول الله
وعلى آله وصحبه الفائزين برضا الله
وبعد
قدموا أعمالكم لدار الآخرة تجدوا عندها فوزا ونجاة 


Dakwaan

Diantara dalil golongan yang menyatakan orang tua Nabi masuk neraka adalah hadits riwayat Imam Muslim dari Hammad :

أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “ Ya, Rasulullah, dimana keberadaan ayahku ?, Rasulullah menjawab : “ dia di neraka”  maka ketika orang tersebut hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya seraya berkata “ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “.

Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad  perawi Hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh  :

اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ

Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah SAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “

Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka. Ma’mar dan Baihaqi disepakati oleh ahli hadits lebih kuat dari Hammad, sehingga riwayat Ma’mar dan Baihaqi harus didahulukan dari riwayat Hammad. Dalil mereka yang lain hadits yang berbunyi :

لَيْتَ شِعْرِي مَا فَعَلَ أَبَوَايَ

Demi Allah, bagaimana keadaan orang tuaku ?

Kemudian turun ayat yang berbunyi :

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيْراً وَنَذِيْراً وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيْم (البقرة : ١١٩)

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. (QS. al-Baqarah : 119)


Jawaban 

Ayat itu tidak tepat untuk kedua orang tua Nabi karena ayat sebelum dan sesudahnya berkaitan dengan ahlul kitab,  yaitu :

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk) (QS. Al-Baqarah : 40)

sampai ayat 124 :

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dengan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : "sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia ". Ibrahim berkata : "(dan saya mohon juga) dari keturunanku ". Allah berfirman : "janjiku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Semua ayat-ayat itu menceritakan ahli kitab (yahudi). (QS. Al-Baqarah : 124)

Bantahan di atas juga diperkuat dengan firman Allah SWT :

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا (الإسراء : ١٥)

“dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra` : 15)

Kedua orang tua Nabi wafat pada zaman fatharah (kekosongan dari seorang Nabi/Rasul). Berarti keduanya dinyatakan selamat. Imam Fakhrurrozi menyatakan bahwa semua orang tua para Nabi muslim. Dengan dasar berikut :
  • Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ : 218-219 :
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.

Sebagian Ulama’  mentafsiri ayat di atas bahwa cahaya Nabi berpindah dari orang yang ahli sujud (muslim) ke orang yang ahli sujud lainnya. Adapun Azar yang secara jelas mati kafir, sebagian ulama’ menyatakan bukanlah bapak Nabi Ibrohim yang sebenarnya tetapi dia adalah bapak asuhnya dan juga pamannya.
  • Hadits Nabi SAW :
قال رسول الله  (لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات)

“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”

Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”


Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala
  • Imam Muslim dan Imam Turmudzi meriwayatkan hadits yang telah mereka sahihkan dari Watsilah bin Asqa’ RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إن الله اصطفى من ولد إبراهيم إسماعيل واصطفى من ولد اسماعيل كنانة واصطفى من كنانة قريشا واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم

Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari turunan Ibrahim dan memilih Kinanah dari turunan Ismail dan memilih Quraisy dari turunan Kinanah dan memilih Bani Hasyim dari turunan Quraisy dan memilih Aku dari turunan Bani Hasyim.

Bahkan dari hadits ini Syekh Ibn Taimiyah berkata : Ketentuan hadits di atas menunjukkan bahwa Ismail dan turunannya adalah orang-orang pilihan dari keturunan Ibrahim.
  • Imam Turmudzi meriwayatkan hadits dan menganggapnya Hasan dari ‘Abbas bin Abdulmuttholib RA bahwa Nabi SAW bersabda:

إن الله خلق الخلق فجعلني من خير فرقهم ثم تخير القبائل فجعلني في خير قبيلة ثم تخير البيوت فجعلني في خير بيوتهم فأنا خيرهم نفسا وخيرهم بيتا

Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk dan menjadikan Aku dari golongan yang paling baik kemudian Allah memilih suku dan menjadikan Aku dari suku yang terbaik kemudian memilih rumah dan menjadikan dalam rumah terbaik mereka. Maka Aku adalah yang paling baik jiwanya dan paling baik rumahnya.

  • Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitabnya “Dalailun Nubuwwah” dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أنا محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف بن قصي بن كلاب بن مرة بن كعب بن لؤي بن غالب بن فهر بن مالك بن النضر بن كنانة بن خزيمة بن مدركة بن إلياس بن مضر بن نزار بن معد بن عدنان. وما افترق الناس فرقتين إلا جعلني الله في خيرهما فأخرجت من بين أبوي ولم يصبني شيء من عهر الجاهلية وخرجت من نكاح ولم أخرج من سفاح من لدن آدم حتى انتهيت إلى أبي وأمي فأنا خيركم نسبا وخيركم أبا

Aku adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Gholib bin Fihr bin Malik bin Al-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nizar bin Ma’d bin ‘Adnan. Dan tidaklah terpisah golongan manusia kecuali Allah telah menjadikan aku dalam yang terbaik dari dua golongan tersebut. Maka aku dilahirkan dari kedua orang tuaku dan tidak mengenaiku sesuatupun dari kebejatan jahiliyah. Dan aku lahir dari pernikahan dan tidaklah aku lahir dari perzinaan dari mulai Nabi Adam sampai pada ayah ibuku. Maka aku adalah yang terbaik dari kalian dari sisi nasab dan orang tua.

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang menjelaskan tentang orang-orang tua Nabi SAW. Bahwa mereka adalah pilihan Allah SWT. Tidakkah anda melihat kalimat
إن الله اصطفى (sesungguhnya Allah memilih) apakah Allah akan memilih orang kafir sedangkan di sana ada orang yang beriman? Apakah Allah memilih penduduk neraka jika di sana ada penduduk surga? Padahal orang tua Nabi adalah orang-orang pilihan!


Imam Suyuthi berkata dalam kitabnya Masalikul Hunafa

وإن كان المجادل ممن يكتب الحديث ولا فقه عنده يقال له قد قالت الأقدمون المحدث بلا فقه كعطار غير طبيب فالأدوية حاصلة في دكانه ولا يدري لماذا تصلح والفقيه بلا حديث كطبيب ليس بعطار يعرف ما تصلح له الأدوية إلا أنها ليست عنده.‏
وإني بحمد الله قد اجتمع عندي الحديث والفقه والأصول وسائر الآلات من العربية والمعاني والبيان وغير ذلك فأنا أعرف كيف أتكلم وكيف أقول وكيف استدل وكيف ارجح وأما أنت يا أخي وفقني الله وإياك فلا يصلح لك ذلك لأنك لا تدري الفقه ولا الأصول ولا شيئا من الآلات والكلام في الحديث والاستدلال به ليس بالهين ولا يحل الإقدام على التكلم فيه لمن لم يجمع هذه العلوم فاقتصر على ما آتاك الله وهو أنك إذا سئلت عن حديث تقول ورد أو لم يرد وصححه الحفاظ وحسنوه وضعفوه ولا يحل لك في الإفتاء سوى هذا القدر وخل ما عدا ذلك لأهله:
لا تحسب المجد تمرا أنت آكله * لن تبلغ المجد حتى تلعق الصبرا
(مسالك الحنفا في والدي المصطفى ص: ٦٧)

“Jika si pendebat itu seorang pelajar hadits yang tidak memahami fiqh, maka bilang padanya: Para salaf terdahulu berkata. “ahli hadits yang tak mengerti fiqh layakmya penjual obat yang bukan dokter, dia punya obat namun tak tahu kegunaan obat itu. Sebaliknya ahli fiqh yang tak memahami hadis ibarat dokter yang tidak punya obat. Ia mengerti betul kegunaan obat tapi tak memilikinya.”

Sedangkan saya, Alhamdulillah, telah menguasai beragam ilmu : hadits, fiqh, usul fiqh, dan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu ma’ani, bayan dan lain-lain. Aku tahu bagaimana harus bicara, bagaimana mengutip dalil, dan bagaimana menarjih dalil. Sedangkan engkau-semoga Allah memberikan taufiq-Nya padamu dan padaku- belum layak untuk hal seperti itu.

Engkau kurang menguasai fiqh, usul fiqh, juga ilmu-ilmu alat (bahasa arab). Bicara hadits dan mengambil dalil bukanlah hal yang remeh. Bagi yang belum menguasai ilmu-ilmu yang telah kusebut di atas, dilarang membicarakan ini (keimanan ayah bunda baginda Rasul). Cukuplah kau bahas ilmu yang diberikan Allah kepadamu. Bila kau ditanya mengenai suatu hadis, cukuplah katakan, Ini warid ini tidak, hadis itu disahihkan para ahli hadis, dinilai hasan, atau dhaif. Tak patut bagimu melampaui semua itu. Serahkanlah yang lain pada ahlinya.  

“Jangan kau anggap kemuliaan itu sebutir kurma yang tinggal kau makan. Tak kan kau capai kemuliaan itu sebelum kau kecap obat yang pahit”
(Masalikul hunafa hal. 67) 

Syaikh al-Qhadhi salah seorang Imam dari Madzhab Malikiyyah pernah ditanya tentang bahwa orang tua Nabi Saw berada di neraka. Maka beliau menjawab
“MAL’UN (terlaknat org itu) karena Allah Swt berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

”Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknat mereka di dunia dan di akherat dan menyiapkan untuk mereka adzab yang hina” (QS. al-Ahzab : 57)

Adakah yang lebih menyakiti hati Rasulullah Saw dari mengatakan bahwa orangtua Rasul Saw berada di neraka ?

Nabi Saw melarang membicarakan jelek kepada orang yang sudah mati dan memeintahkan menutup lisan jika jika sahabat dipermasalahkan, maka menjaga lisan dari mempermasalahkna orantua Nabi Saw lebih berhak.

Renugkanlah kisah dibawah ini, bahwasanya seoarang pembantu Rasul yang bernama Barkah pernah meminum air kencing Rasul Saw yg ada di dalam bejana. Kemudian Nabi Saw menanyakannya “Manakah air yg ada di dalam bejana ini ?” Barkah menjawab “Aku minum wahai Rasul” Rasul Saw bersabda “Jika demikian perutmu tidak disentuh oleh api neraka”.
Kemudian pernah Ibnu Zubair diperintahkan oleh Rasul Saw membuang darah bekas cantuk Rasul Saw. Namun Ibnu Zubair malah meminum darah tersebut. Ketika ditanya oleh Rasul Saw “Sudahkah kau buang darah bekas cantukku wahai Ibnu Zubair ?”  “sudah wahai Rasul” Rasul bertanya “Di mana ?” ia menjawab “Dalam perutku”. Rasul Saw bersabda “Barangsiapa yangg darahnya bercampur dengan darahku, maka ia tidak akan masuk neraka.”

Kisah kisah ini disebutkan dalam Hadist-Hadist shohih yg diriwayatkan Daru Quthni.
Dari kisah ini menunjukkan bahwa hukum kelebihan dalam tubuh Nabi Saw adalah suci, tidak najis karena Rasul tdk memerintahkan Barkah dan Ibnu Zubair untuk menyuci mulutnya. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa satu tetes dari kelebihan tubuh Nabi Saw yang masuk ke dalam perut orang lain dapat menyelamatkannya dari api nereka. Lalu bagaimana dengan seseoang yg darah dan daging Nabi Saw berasal darinya ?


Berkata syaikhul Islam Ibn Taimiyah dlm mustholahul hadis (11/676)

والجمهور من السلف والخلف على أن ما كانوا فيه قبل مجيء الرسول صلى الله عليه وسلم من الشرك والجاهلية شيأ قبيحا, وكان شرّا لكن لا يستحقون العذاب إلاّ بعد مجيء الرسول.- إلى أن قال- وعلى هذا عامة السلف وأكثر المسلمين. وعليه يدل الكتاب والسنة. فإن فيهما بيان أنّ ما عليه الكفار شرّ وقبيح وسيء قبل الرسل وإن كاتوا لايستحقون العقوبة

Menurut jumhur salaf dan khalaf, perbuatan dan kebiasaan orang-orang sebelum datangnya Rasulullah dari pada syirik dan jahiliyah itu jelek sekali, tetapi tidak berhak diadzab kecuali setelah datangnya Rasulullah. –hingga perkataannya- Ini pendapatnya Ulama salaf dan kebanyakan orang muslim, sesuai dengan al-Quran dn Hadist yang menerangkan bahwa orang kafir itu keji dan buruk sekali walaupun sebelum kedatangan seorang Rasul mereka tidak berhak untk diadzab.

Subhanallah.
Hanya dengan berpegang pada sebuah hadits riwayat Muslim saudara wahabi -semoga Allah membuka hatinya- dengan tegas mengatakan, kalian mengaku Ahlussunnah tetapi tidak percaya apa yang dikatakan dan diakui Rasul sendiri. Bukan kami tidak percaya wahai saudara wahabi, tetapi karena kami tahu mana yang sebenarnya dan mana yang bukan, kami adalah hamba dhaif yang tidak mengerti apa-apa jika tidak ada HIDAYAH dari Allah dan IRSYAD dari guru-guru kami yang mulia.

Akhirnya,
Ya Allah... dengan berkat Rasul Mushtafa, dengan berkat Khulafaurrasyidin, dengan berkat Seluruh Shahabat, dengan berkat Imam Mujtahid, dengan berkat Auliya dan Ulama berilah hidayah dan petunjuk kepada kami dalam menegakkan Sunnah sesuai dengan tuntutan Rasulullah yang berkesinambungan melalui "lidah" Shahabat, Tabi'in, Tabi' Tabi'in, Ulama Mutaqaddimin dan Muta-akh-khirin dan Guru-guru kami yang masih senantiasa ikhlas memberi ilmu kepada kami. Amin Ya Rabbal 'alamin.

wallahua'lam bish-shawab


Author :Mohamad Tabrani Jumberi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar